Tuesday, June 24, 2008

Sebenarnya Perempuan Pakai Celana, Boleh Gak Sih?

(Sumber: eramuslim.com)

Assalamualaikum wr. wb.

Langsung saja ustadz, saya ingin tanya sebenarnya perempuan yang berpakaian, dalam hal ini bercelana panjang saat beraktivitas, misalnya ke kampus, dalam agama Islam boleh atau tidak sih? Padahal kita tahu,saat ini model busana cenderung ke arah praktis dan sporti. Apalagi model-model busana muslim pun sekarang lebih banyak yang model atasan dengan bawahan berupa celana. Dan menurut saya busana tersebut juga tidak menyalahi sopan santun, sepanjang tidak terlalu ketat.

Tetapi di sisi lain kita pun tahu bahwa seorang wanita itu tidak boleh menyerupai laki-laki, begitu juga sbaliknya. Nah di sini saya ingin tahu sebenarnya seperti apakah yang dimaksud wanita yang menyerupai laki-laki, khususnya dalam hal berpakaian? dan menurut ustad, pakaian muslim yang modelnya bercelana itu sesuai dengan syariat Islam?

Kiranya itu saja yang dapat saya tanyakan.Terima kasih atas jawaban yang diberikan.

Puteri Perdana
hannah
Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Pada dasarnya hukum memakai celana panjang bagi wanita berangkat dari masalah tasyabbuh (penyerupaan) pakaian wanita dengan pakaian laki-laki. Dalam banyak hadits Rasulullah SAW banyak disebutkan bahwa Allah SWT telah melaknat laki-laki yang berdandan menyerupai wanita dan juga sebaliknya.

وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اَللَّهِ اَلْمُخَنَّثِينَ مِنْ اَلرِّجَالِ, وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنْ اَلنِّسَاءِ, وَقَالَ: أَخْرِجُوهُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ

Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah SAW telah melaknat laki-laki yang berdandan menyerupai wanita dan wanita yang berdandan menyerupai laki-laki. Dan Rasulullullah SAW bersabda, "Keluarkan mereka dari rumah kalian." (HR Bukhari)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, "Allah melaknat wanita yang memakai pakaian laki-laki dan laki-laki yang memakai pakaian wanita."

Celana panjang secara 'urf yang dikenal di tengah masyarakat adalah pakaian khas laki-laki. Sedangkan bila banyak wanita yang mengenakannya, tidak berarti 'urf-nya telah berubah. Tapi apa yang dilakukan oleh para wanita untuk mengenakan celana panjang itu merupakan bentuk penyimpangan dalam berpakaian. Karena sejak awal, celana panjang adalah pakaian khas laki-laki.

Namun para ulama banyak mengatakan bahwa bila di atas celana panjang yang dipakai itu dikenakan pakaian lainnya yang khas pakaian wanita seperti rok panjang, jilbab atau abaya, maka unsue penyerupaan penampilan yang menyamai laki-laki menjadi hilang, sehingga larangannya pun menjadi tidak ada lagi.

Dengan dasar itu, para ulama banyak memfatwakan bahwa wanita boleh memakai celana panjang, asalkan menjadi semacam pakaian bagian dalam. Di atas celana itu harus dikenakan pakaian luar yang menampakkan ciri khas pakaian wanita. Dan tentu saja harus besar, luas (tidak ketat) dan menutupi seluruh tubuh sebagaimana ketentuan umum pakaian wanita muslimah.

Sedangkan bila hanya semata-mata bercelana panjang saja meski bentuknya lebar dan longgar, para ulama masih banyak yang berkeberatan dengan celana model itu (seperti kulot). Karena pada hakikatnya tetap celana panjang dan hanya modelnya saja yang sedikit berbeda. Meski demikian memang bila celana panjang itu lebar seperti kulot masih ada sebagian ulama ada juga yang membolehkannya tapi dengan catatan.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.

Tuesday, June 17, 2008

Mayoritas Rakyat Turki Menentang Larangan Resmi Berjilbab

Meski dikenal sebagi negara sekuler, mayoritas masyarakat Turki menentang larangan resmi berjilbab di kantor-kantor dan universitas. Hal ini terungkap dari hasil polling yang dilakukan Universitas Isik dan Sabanci di Istanbul yang dirilis pada Rabu (14/6).

Sebanyak 2/3 dari 1.846 responden dari 20 kota besar dan kecil yang disurvei, menyatakan mendukung upaya PM Turki, Recep Tayyib Erdogan untuk meredam larangan berjilbab terhadap mahasiswa dan pegawai negeri.

Larangan berjilbab di negara berpenduduk 72 juta jiwa dan mayoritas Muslim ini diberlakukan pada tahun 1997. Saat itu, Presiden Ahmad Necdet Sezer mengeluarkan dekrit yang melarang jilbab di institusi-institusi pemerintahan, termasuk sekolah dan universitas.

Wanita berhijab juga dilarang aktif dalam organisasi-organisasi sosial yang berafiliasi dengan institusi kemiliteran. Bahkan wartawati berjilbab, kerap tidak dipekenankan meliput konferensi pers di institusi-institusi pemerintah.

Kalangan militer, akademisi dan pakar hukum banyak yang berpendapat bahwa larangan berjilbab merupakan pilar utama dari sistem sekular yang dianut Turki.

Namun dari hasil polling yang dilakukan sepanjang Maret sampai April itu menunjukkan, masih banyak rakyat Turki yang konservatif dan peduli dengan isu-isu moral, khususnya larangan berjilbab.

Hasil polling juga menunjukkan, sebagian responden meyakini bahwa kegagalan hidup disebabkan karena kurangnya keimanan. Hampir sepertiga responden mengatakan, anak laki-laki dan perempuan harus dipisahkan di kelas yang berbeda ketika belajar di sekolah. Mereka juga menentang jika anak perempuan mereka menikah dengan laki-laki non Muslim.

Hasil lainnya menunjukkan, hampir setengah dari responden menuding para turis yang datang ke Turki telah memberi pengaruh pada masalah moralitas dan budaya Turki. Para responden mengaku tidak nyaman melihat pemandangan para turis yang telanjang atau setengah telanjang ketika berjemur di pantai-pantai di lokasi wisata.

Lebih dari setengah responden mengaku puas dengan kinerja pemerintahan sekarang yang dikuasi oleh Partai Keadilan dan Pembangunan. Hanya sepertiga responden yang mengaku tidak puas dengan proses demokrasi di negerinya. 40% responden menyatakan lebih senang seorang pemimpin pemerintahan dari kalangan militer.

Angkatan Bersenjata merupakan institusi yang paling dihormati oleh rakyat Turki. Sepanjang 50 tahun sejarah Turki, militer tercatat berhasil menurunkan pemerintahan terpilih secara demokratis, namun kekuasaan militer di Turki dibatasi oleh reformasi yang didukung Uni Eropa.

Lebih lanjut hasil polling menunjukkan menurunnya dukungan masyarakat terhadap keinginan Turki bergabung dengan Uni Eropa, dari 74% beberapa tahun yang lalu menjadi 57%.

Sejak tahun 1960 sampai sekarang, negara yang akan menggelar pemilu pada November 2007 mendatang ini, berjuang untuk bisa menjadi anggota Uni Eropa. (ln/iol)

Monday, June 16, 2008

Hijab Story - by Tara Dahane

Hijab Story
Muslim convert Tara Dahane relates how she came to wear hijab.

Bismillah ar-Rahman ar-Rahim

I want to share my story about my journey to wear hijab in the hope that some aspiring sister will glean strength from it, insha'allah. Sisters, you can do it! Just keep in mind that you need to please Allah (swt) before you please anybody.

I converted to Islam May 1996 after having been reading about it for almost 6 years. I have never regretted it only wish that I had took shahada sooner. I did not wear hijab at first, only to wear to the mosque and during prayer times. I was aware that the condition of being a Muslimah required covering modestly yet I couldn't act on it because of my fear of other people. I was afraid of how they would treat me such as looking upon me in pity, in utter disgust, or just plain hatred. Actually my first bad encounter with hijab happened with my sister. She picked me up from the mosque one day and when I got inside the car she told me to "take that "s***" off my head" I am soooo glad that the people standing out in front of the mosque and especially my hubby did NOT hear what she said. Needless to say, I refused to take off my hijab until I got home.

Over the next three years my iman [faith] would increase gradually as I pursued knowledge in Islam more. In 1999 my iman was even stronger than the preceding years so much so that the hijab issue began to trouble me. It worried me so much because I actually thought of myself as "sinning" I had a choice to make, who was I supposed to be afraid of Allah or other people? Of course Allah is number one so my next step was the issue between head covering and face covering. I researched the Quran, ahadith, articles, spoke with other muslimahs who wore hijab, even to the brothers. My conclusion was based on the fact that yes hijab is obligatory based on two ayat in the Quran, Al-Ahzab 33:59 and An-Nur 24:30-31, as well as the hadith of Asmaa (RA) the daughter of Abu Bakr came to the Rasulullah (SAW) while wearing thin clothing. He approached her and said: "O Asmaa! When a girl reaches the menstrual age, it is not proper that anything should remain exposed except this and this." And he pointed to the face and hands. I believe face veiling is optional as you are striving to emulate the Mothers of the Believers who by the way were special and no one can ever be like them. I believe that there is no sin for not wearing the face veil but rather it is a symbol of more modesty and a higher reward, insha'allah.

Armed with this I planned to wear my hijab in to work the first day of Ramadan. I had even layed out my veil and pins the night before so I didn't have the excuse of "forgetting" to wear it. Once I arrived at work I became more nervous because there were people looking at me in the parking lot already! With each step I got closer and closer to the building where I worked and strangely more and more calm. Until I was on the elevator and in my office in no time. I breathed a sigh of relief that I hadn't ran into anyone in the halls though. And my did I have a surprise waiting for me. Each co-worker that passed me by just treated me like they always did on a normal day. One even remarked that my veil was beautiful and at least two asked me if it was a special occasion (I had to laugh at that one) At the end of the day I couldn't believe that I had worked myself up about nothing all of these years!

It was truly a success to wear hijab and I feel beautiful because I am doing a thing that pleases Allah (swt) I even get more respect when I am out. I don't care what people think anymore. If I find them staring at me I look back and smile. I am more often than not surprised to see them smiling back at me. For the ones that consider me a source of amusement, the feeling is mutual!

I recommend this book on hijab: "Dearest sister: why not cover your modesty" by Abdul Hameed Al-Balali translated by Wael F Tabba.

That's all folks! FiAmanAllah,
Tara

Wednesday, June 11, 2008

Denmark Larang Seorang Hakim Pakai Jilbab di Ruang Sidang

(Sumber: eramuslim.com, Kamis, 15 Mei 2008)

Menteri Kehakiman Denmark Lene Espersen menegaskan larangan mengenakan simbol-simbol keagamaan di pengadilan Denmark. Dengan adanya larangan ini, seorang hakim di Denmark, tidak boleh mengenakan jilbab, mengenakan sorban, topi khas Yahudi, penutup kepala ala Hindu dan tanda salib.

"Kami sudah memutuskan untuk melarang semua simbol keagamaan dan politik, saat sedang melakukan tugas-tugas peradilan, karena seorang hakim harus netral dan tidak memihak," tukas Espersen pada para wartawan, Rabu (14/5).

Menteri Kehakiman Denmark menegaskan larangan ini, menyusul kampanye yang digelar oleh kelompok kanan jauh Partai Rakyat Denmark akhir April kemarin, untuk menolak para hakim yang mengenakan jilbab di ruang pengadilan. Padahal pada bulan Desember lalu, negara yang sebenarnya tidak punya hakim Muslim, ini membolehkan hakim berjilbab saat melaksanakan tugasnya di ruang pengadilan.

Untuk membatalkan aturan itu, Denmark harus membuat aturan baru. Dan pemerintah, dengan dukungan dari Partai Rakyat Denmark, nampaknya akan membatalkan aturan yang dikeluarkan bulan Desember lalu. Espersen rencananya akan mengajukan draft aturannya ke parlemen dalam waktu dekat ini. (ln/al-arby)

Thursday, June 5, 2008

Banyak Jalan dengan Berjilbab

(Source: Republika online, Jumat, 04 Maret 2005)

Amelia Fitri

Dulu dia 'peramu' gosip di acara infotainment di sebuah stasiun televisi swasta. Kini, dia mengidamkan menjadi pemandu acara yang Islami. ''Ah, itu dulu. Aku sudah meninggalkannya,'' tutur Amelia Fitri, wanita keturunan Padang yang lahir di Jakarta, saat beberapa orang mengenalinya sebagai presenter sebuah acara infotainment di televisi. Penampilannya kini jauh berubah, berkerudung dan baju panjang. Amelia mendapat hidayah. ''Aku ingin memenuhi kewajiban sebagai Muslimah. Allah mendengar keinginan saya,'' tuturnya kepada Republika.

Saat keinginan untuk berubah pun makin kuat, ''Aku beranikan diri memutuskan memakai jilbab. Aku pakai pas hari pertama puasa tahun lalu,'' ujar mantan presenter program perjodohan di TPI ini. Amelia pun akhirnya kini tampil beda. Dia benar-benar 'berhijrah' ke dunia yang baru. Dia sudah meninggalkan seluruh kegiatannya sebagai presenter yang berhubungan dengan gosip, kasak-kusuk selebriti, dan acara infotainment lainnya. Dia amat bersyukur karena keluarga mendukung langkahnya. Yang lebih menggembirakan, suaminya, Emilson Agus Filkar, menyemangatinya, bukan malah menentangnya.

''Yang kaget bukan keluarga, tetapi teman-temanku. Namun mereka akhirnya mengerti,'' tambah Amelia. Bahkan, beberapa teman mengikuti langkahnya. Bahkan, kini ada empat kawan dekatnya yang sekarang turut menggunakan jilbab. Teman-temannya pantas terkaget-kaget dengan perubahan penampilan Amelia. Maklum, mantan finalis Wajah Femina ini terbiasa tampil modis. Apalagi, dia sangat aktif menjadi presenter di beberapa stasiun televisi. Dalam mingggu yang sama, ia menjadi presenter di tiga program acara yang berbeda di tiga stasiun televisi, Hotshot di SCTV, Transbeat di Trans TV, dan Strikes Bowling di Metro TV.

Anak kedua dari pasangan H Herman Bartal dan Hj Wilisma ini tak takut kehilangan penghasilan dengan meninggalkan seluruh kegiatan itu. Dia yakin Allah SWT sudah memberi jatah rezeki pada setiap manusia.

Setelah menikah, Amelia memang benar-benar ingin memperbaiki diri sebagai Muslimah. Dia pun menolak tawaran menjadi wartawan di sebuah stasiun televisi. ''Saya khawatir tak bisa membagi waktu untuk kerja dan suami. Apalagi, dalam kontrak selama menjadi wartawan tak boleh hamil atau memiliki anak,'' katanya. Amelia mengaku keputusannya menolak tawaran menjadi reporter sudah tepat. Apalagi, bila mengingat dia harus siap 24 jam atau kerja hingga dini hari. ''Bayangin aja. Waktu itu saya baru menikah. Kalau harus kerja seperti itu, mana ada waktu buat melayani suami?'' tutur lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo Beragama ini.

Setelah menggunakan busana Muslimah dengan berjilbab, Amelia justru lebih percaya diri. Orang juga lebih respek padanya. ''Dulu orang kalau godain bilangnya 'halo cewek' atau pakai ehem...ehem. Sekarang kalau mo godain bilangnya assalamu 'alaikum. Itu kan namanya ndoain kita. Ya, kan?'' ujarnya. Jalan untuk menjemput rezeki juga ternyata tak berhenti, tetap ada. Buktinya, dia mendapat tawaran menjadi bintang iklan Nivea. ''Padahal, saya kan berjilbab. Aku dikontrak selama setahun,'' katanya. Jadi, jilbab tak menghalangi orang untuk berkarya atau beraktivitas.

Sebelum berjilbab, Amelia memang sempat membintangi beberapa iklan. Di antaranya iklan Wella Hair, produk epiderma, Sangobion, Citibank, dan BCA.

Bencana gempa dan gelombang dahsyat tsunami makin menambah keyakinan Amelia untuk menjadi orang yang lebih baik di hadapan-Nya. Melihat berita dan tayangan musibah itu, dia makin yakin kematian benar-benar ada. Datangnya juga begitu cepat dan tiba-tiba. Tapi, orang harus punya bekal sebelum mati. ''Aku ingin punya bekal yang cukup,'' tuturnya.

Kesadaran Inneke Koesherawati dengan penampilannya sekarang juga meneguhkan niatnya untuk menjadi Muslimah yang lebih baik. ''Dia benar-benar berubah. Padahal, dulu aku antipati banget sama dia. Sekarang aku kagum dengan dia,'' katanya. Dia pernah berbincang dengan Ratih Sanggarwati pada suatu kesempatan. Dia bilang, di dunia hiburan itu godaannya sangat besar dan banyak. Yang mengesankannya saat itu, Ratih sangat yakin dengan berjilbab masih bisa beraktivitas. ''Dia aja yang lebih glamor bisa berubah, kenapa aku nggak, yang orang biasa-biasa saja?'' tuturnya.

Saat ini Amelia punya banyak waktu untuk belajar, termasuk belajar agama. Dia juga mulai aktif mengikuti kegiatan pengajian di lingkungan rumahnya. Bahkan, sepekan sekali ia juga mengikuti Pengajian Salsabila di Bintaro, di luar lingkungannya. Dia tak ingin busana Muslimah dan jilbab hanya menjadi tren. Setiap Muslimah harusnya menyadari itu termasuk kewajiban. ''Kalau udah pakai jilbab, ya harus menjalani konsekuensinya. Baju juga nggak boleh ketat-ketat lagi, apalagi tingkah laku.''

Satu hal yang mengganjal hatinya. ''Saya suka risih kalau sedang di mal-mal atau pas di bioskop melihat ada cowok-cewek yang gandengan, dan sang cewek pakai jilbab pula,'' tutur Amelia. Memang, bisa jadi mereka pasangan suami-istri. ''Tapi, kesannya kok kurang enak dilihat, ya.'' Hampir tiga bulan Amelia tampil dengan identitas barunya. Dia sudah sangat menikmatinya.

Kini dia memulai dunia baru, membuka butik. Dia merekrut beberapa orang karyawan. Sebagian dari mereka dipekerjakan untuk membuat sepatu. Yang lain, membuat tas dan beragam jenis baju, termasuk baju Muslimah. ''Aku memang masih ingin menjadi presenter. Tapi, temanya tak lagi yang kayak dulu. Aku ingin mengisi acara yang Islami. Biar aku tambah ilmu,'' tuturnya. Semoga harapan Amelia segera terwujud! (rhs )

Tuesday, June 3, 2008

Masih Bimbang Untuk Memakai Jilbab

(Sumber: www.syariahonline.com)

Pertanyaan:

Assalamualaikum wr.wb.

Pa' ustadz,saya termasuk orang yang plin-plan kadang ya-kadang tidak, kenapa yach pa'? Salah satunya adalah saya sangat ingin sekali meakai jilbab, tapi maaf saya masih agak malu dan belum siap, saya malu karna pertama saya belum bisa apa2 dlm mengaji dan pd saat inipun saya tidak mengaji dengan guru maksud saya saya mengaji sendiri, tolong pa' ustadz berikan saya jalan keluarnya, bagaimana agar saya tegas dan mampu, terima kasih pa'ustadz...

wassalamualaikum wr.wb.

Vivi Karbela
2003-10-15 13:57:33

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Setiap orang memang berbeda-beda diperlakukan oleh Allah SWT dalam menerima hidayah. Ada orang yang begitu menerima sinar kebenaran, spontan dia menangkapnya dan menggemgam seerat-eratnya tanpa pernah mau dilepas lagi. Mereka ini adalah kelompok yang Allah SWT lapangkan dadanya sehingga sama sekali tidak ada setitik pun keraguan dalam menjalankan Islam.

Contoh dari mereka adalah istri Rasulullah SAW, Khadijah Radhiyallahu ?anha. Belum pernah dia merasa ragu dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW, apalagi menolak. Bahkan semua perhatian dan hartanya diserahkan demi kepentingan Islam. Justru Rasulullah SAW yang saat pertama menerima wahyu, masih merasa takut, berat dan merasa lemah. Khajiah saat itu berusaha memantapkan hati beliau dan meyakinkan bahwa beliau pasti bisa menjalankannya dengan baik.

Karena itu, meski Khadijah sudah wafat lama sekali, tetapi namanya tetap terukir indah di relung hati Rasulullah SAW sehingga Aisyah dan istri-istri beliau yang lain tidak bisa menutupi rasa cemburu mereka kepada Khajiah ra.

Tapi ada juga orang yang masih berpikir-pikir, ragu, bimbang dan berhitung-hitung dalam menerima kebenaran. Baginya, menyerahkan diri kepada perintah Allah SWT itu sesuatu yang berat dan harus dipertimbangkan untung ruginya. Sebagian dari dirinya mengatakan bahwa harus menjalankan agama ini, tetapi sebagian dari dirinya masih dikuasai syetan yang selalu berbisik dalam jiwa dan menghembuskan keraguan serta berjuta pertanyaan. Sehingga si pemiliki diri selalu bimbang dengan Islam. Dalam hatinya ada rasa takut dengan resiko yang membayang. Dalam jiwanya ada sisi gelap yang meminta diperhatikan.

Semua itu tidak lain adalah pekerjaan syetan yang berhasil menguasai alam pikiran dan jiwa seseorang. Dan memang untuk itulah syetan diciptakan.Seharusnya, bagi seorang muslim, syetan tidak perlu diberi hari, karena sekali diberi hati, dia akan minta rempela dan kepada.

Tentang bagaimana kinerja syetan dalam rangka menyukseskan programnya, Allah SWT sudah menceritakan dalam Al-Quran Al-Karim :

1. Syetan selalu menghembuskan rasa was-was dan ragu dalam jiwa manusia.

Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (membuat was-was dan ragu)ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia." (QS> An-Naas : 1-6)

2. Syetan selalu menghiasai keburukan dengan keindahan dan membuat angan-angan kosong.

"... dan aku (syetan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka, lalu mereka benar-benar memotongnya?" (QS. An-Nisa : 119)

3. Syetan selalu membuat orang terlena dan lupa kepada Allah SWT.

"Maka syaitan menjadikan dia lupa menerangkan kepada tuannya." (QS. Yusuf : 42)

4. Syetan mampu menjanjikan kebaikan bila seseorang meninggalkan agama, tai hanya janji kosong belaka.

"Dan berkatalah syaitan tatkala perkara telah diselesaikan: 'Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku sejak dahulu.' Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih." (QS. Ibrahim : 22)

5. Kalau korbannya masih bisa terbebas, maka syetan akan membuatnya takut terhadap resiko berislam, baik takut tidak punya teman, takut tidak ada yang mencintai atau segala bentuk takut lainnya.

"Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti dengan kawan-kawannya , karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman."(QS. Ali Imran : 179)

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

---